Kamis, 17 Maret 2011

Jamkesmas Tak Berlaku, Rumah Bambu Ambruk

Baru saja menempati rumah barunya, Lasti (52 tahun) warga Jl Wukir Gang V, Rw 2 Rt 03 Kelurahan Temas, Kota Batu harus meratapi nasib kurang beruntung. Pasalnya, rumah baru keluarga miskin (gakin) terbuat dari bambu tersebut roboh pada Selasa (15/3). Praktis, semua anggota keluarganya yakni Lestari berserta istri dan tiga orang anaknya berhamburan keluar.
“Ya beginilah nasib saya, untuk bikin rumah, kami menggunakan bambu karena sudah tidak ada lagi dana untuk membeli kayu. Saya tak menyangka kalau kejadianya bisa sampai begini,’ ujar Lestari, kemarin (16/3).

Lestari menuturkan, sebelum rumahnya roboh dia dan tiga putranya saat itu berada di dalam rumah untuk menyelesaikan rumah yang baru berdiri. Disaat bekerja membenahi rumah sekitar pukul 16.00 WIB terdengar bunyi ‘kretek’ seperti bangunan mau ambruk.
Secepat kilat Lestari, dan ke tiga putranya Harsono (31), Wahyudi (27), dan Agus Prasetyo (21) berlari ke depan rumah. Tak lebih dari lima belas detik, rumah itu sudah rata dengan tanah.
“Kami selamat karena yang roboh dahulu rumah bagian belakang, saya tidak tahu nasib kami kalau sampai yang roboh dulu bagian depan,” tegas Lestari.
Untuk sementara, Lestari, istri dan tiga anaknya tinggal dahulu di rumah yang sudah dijual kepada H Dul Kadir. Pria yang anak terkecilnya saat ini masih duduk di bangku SD mengaku masih belum tahu akan tinggal dimana lagi setelah ini. Pasalnya, dirinya mengaku sudah tidak punya biaya lagi kalau harus membuat rumah, ataupun menyewa. Dia hanya berharap bantuan dari Pemkot Batu .
Lastri menceritakan, sebelum rumahnya roboh, dirinya harus merawat istrinya Marsatun (53) di RS Kota Batu. Biaya pengobatan untuk istrinya mencapai Rp 18 juta. Biaya tersebut, lanjut dia, didapat dari hasil menjual rumah yang ditinggali. Dengan kenyataan ini, Lestari kini harus berfikir lebih keras bagaimana istrinya yang masih sakit dan anak-anaknya dapat tempat bernaung.
“Istri saya sakit diabet dan lambung, meski warga miskin kartu Jamkesmas saya tidak berlaku di rumah sakit. Karena itu perawatan selama lima hari di RS Baptis sebanyak Rp 18 Juta harus kami bayar,” jelas Lestari,.
Dengan uang sekitar Rp 12 Juta, sisa penjulan rumah untuk berobat istri, Lestari membelanjakanya untuk membeli bahan-bahan membuat rumah. Tetapi karena kualitas kayu dan bambu yang digunakan seadanya, rumah yang baru berdiri tiga hari itu justru rata dengan tanah.(bt-1)
Sumber:harianbangsa.com

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan tulis iklan anda disini..GRATIS..!